Pages

Selasa, 11 Mei 2010

Do’a Meminta Perlindungan dari Sifat Malas


Segala puji bagi Allah atas segala nikmat-Nya. Selawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya
Do’a yang juga termasuk do’a yang singkat namun penuh makna disebutkan pula oleh An Nawawi dalam Riyadhus Shalihin dan akan kita bahas dalam kesempatan kali ini.
Do’a tersebut adalah: Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat. (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat bakhil. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari seksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambiasa membaca do’a:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat. (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)
Faedah dari hadis di atas:
  1. Dianjurkan untuk membiasakan do’a tersebut.
  2. Do’a tersebut mengandungi permintaan agar kita diberi keselamatan terhindar dari sifat-sifat buruk yang disebutkan di dalamnya.[1]
  3. Do’a tersebut berisi permintaan agar kita tidak terjerumus dalam sifat-sifat buruk tersebut.[2]
  4. Meminta perlindungan dari sifat ‘ajz, yaitu tidak adanya kemampuan untuk melakukan kebaikan. Demikian keterangan dari An Nawawi rahimahullah.[3]
  5. Meminta perlindungan dari sifat kasal, yaitu tidak ada atau kurangnya dorongan (motivasi) untuk melakukan kebaikan padahal dalam keadaan mampu untuk melakukannya. Inilah sebagaimana yang dijelaskan oleh An Nawawirahimahullah.[4]Jadi ‘ajz itu tidak ada kemampuan sama sekali, sedangkan kasal itu masih ada kemampuan namun tidak ada dorongan untuk melakukan kebaikan.
  6. Meminta perlindungan dari sifat al jubn,artinya berlindung dari rasa takut (lawan dari berani), yaitu berlindung dari sifat takut untuk berperang atau tidak berani untuk beramar ma’ruf nahi mungkar.[5] Juga do’a ini bererti meminta perlindungan dari hati yang lemah.[6]
  7. Meminta perlindungan dari al haromartinya berlindung dari kembali pada kejelekan umur (di masa tua). Ada apa dengan masa tua? Karena pada masa tua, fikiran sudah mula terganggu, kecerdasan dan pemahaman semakin berkurang, dan tidak mampu melakukan banyak ketaatan.[7]
  8. Meminta perlindungan dari sifat bukhl, ertinya berlindung dari sifat kedekut (kikir). Yakni, do’a ini mengandungi permintaan agar seseorang boleh menunaikan hak pada harta dengan benar, sehingga memotivasinya untuk rajin berinfak (yang wajib atau yang sunnah), bersikap dermawan dan berakhlak mulia. Juga do’a ini memberi maksud agar seseorang tidak tamak dengan harta yang tidak ada padanya.[8]
  9. Meminta perlindungan dari siksa kubur.
  10. Membuktikan adanya siksa dan fitnah kubur, kerana tak mungkin sesuatu yang dimintai perlindungan, namun hal itu tidak ada. Sungguh mustahil!!! Ibnu Hajar Al Makki mengatakan, “Dalam doa perlindungan terhadap siksa kubur ini terdapat bantahan tegas terhadap Mu’tzilah yang mengingkari adanya siksa kubur.”[9]
  11. Meminta perlindungan dari fitnah (dugaan) ketika hidup dan mati. Ibnu Daqiq Al ‘Ied mengatakan, “Fitnah kehidupan adalah fitnah yang dihadapi manusia semasa ia hidup yaitu berupa fitnah-fitnah dunia (harta), fitnah syahwat, kebodohan dan yang paling besar dari itu semua –semoga Allah melindungi kita darinya- yaitu cobaan di ujung akhir menjelang kematian. Sedangkan fitnah kematian  yang dimaksud adalah fitnah ketika mati. Fitnah kehidupan boleh kita maksudkan pada segala fitnah yang ada sebelum kematian. Boleh jadi fitnah kematian juga bermakna fitnah (cobaan) di kubur.”[10]
Semoga sajian yang singkat ini bermanfaat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Panggang-GK, di senja hari - 27 Jumadil Awwal 1431 H (11/05/2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

[1] Nuhzatul Muttaqin Syarh Riyadhus Sholihin, Dr. Musthofa Sa’id Al Khin dkk, hal.1007, Muassasah Ar Risalah.
[2] Idem.
[3] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 17/28, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobi.
[4] Idem.
[5] Aunul Ma’bud, Al ‘Azhim Abadi Abuthh Thoyib, 4/289, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah.
[6] Nuhzatul Muttaqin, hal. 1007.
[7] Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/28-29.
[8] Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/30.
[9] Aunul Ma’bud, 3/94.
[10] Aunul Ma’bud, 3/95.

When Times Get Hard Pray

I really like this... 
Revive this Sunnah- When Times Get Hard Pray

حُذَيْفَةَ قَالَ : كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى


Hudhayfah (may Allah be pleased with him) said: “Whenever the matter became serious the Prophet (peace and blessings be upon him) would pray.”

Collected by Abu Dawud (1319) and others. Graded as being Hasan by Shaykh Al-Albani (May Allah have mercy on him)

Benefits for this topic:

1. Muhammad Abdur Rauf Al-Manawee (may Allah have mercy on him) commented on this hadeeth. He wrote the words” Whenever the matter became serious” means- If the Prophet was attacked by surprise, on the verge of being subdued or an important matter aroused which caused him to worry or feel sad.

“He (peace and blessings be upon him) would pray.” Means- He’d pray because prayer helps against the removal of all heavy blows, disasters and misfortunes. Through prayer one is seeking the assistance of the Creator who allowed it to happen. Prayer is a means to draw nearer to Allah and whoever resorts to prayer to his lord will be protected and averted from all evil. [ Faydul Qadir # 6641]

2. Al-Mulla Ali Qari 1014H (may Allah have mercy on him) said: “The meaning for this Hadeeth is derived from the verse “Seek help in patience and prayer” Al-Baqarah 45. [ Sharh Musnad Abu Haneefah page 342 printed by Darul Kutubul Ilmeeyah Beriut Lebanon.]

3. Shaykh Muhammad ibn Salih Al-Uthaymeen (may Allah rest him in Firdous) commented on this issue in his Tafseer for Surahtul Baqarah. He wrote: “The excellence of prayer is that it’s one of the things a person can seek assistance in for all matters and worldly affairs. Allah mentioned prayer and we believe with certainty that this speech is the truth. It’s been reported that the Prophet (peace and blessings be upon him) would pray whenever the matter became serious. Also this is supported by the Prophet’s action during the Battle of Badr. He prayed in the shade and appealed to his Lord for help.[ Tafseerul Quran Al-Kareem Al-Fateehah-Baqarah vol 1 page 163-164]

Translated by Abu Aaliyah Abdullah ibn Dwight Lamont Battle –Adam
Doha, Qatar 1431- The blessed Arabian Pensula ©

Source:

Abu Aaliyah Abdullah ibn Dwight Battle's Site