Pages

Rabu, 29 April 2009

Bila Hujan Turun





Selalunya, bila hujan turun apa yang antum [anda semua] akan buat?
  1. Angkat baju di jemuran
  2. Lari ke tempat berteduh
  3. Turun motosikal dan pakai baju hujan
  4. Tidur
  5. ... dan sebagainya
Apa pun yang antum buat, jangan lupa untuk menyebut perkataan ini:

 اللهم صيبا نافعا

Ya Allah! Cucurilah kami dengan hujan rahmat

Sepertimana yang telah diajar oleh Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadis riwayat bukhari:

 وعن عائشة قالت : إن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى المطر قال : " اللهم صيبا نافعا " . رواه البخاري

Daripada 'Aisyah, dia berkata : Sesungguhnya bila rasulullah sallallhu 'alaihi wa sallam melihat hujan dia berkata : اللهم صيبا نافعا


Jumaat, 24 April 2009

Mohonlah Supaya di beri Petunjuk


Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau meriwayatkan dari Allah ‘azza wa Jalla, sesungguhnya Allah telah berfirman: "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Akumengharamkan (berlaku) zhalim atas diri-Ku dan Aku menjadikannya di antaramu haram, maka janganlah kamu saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku, kamu semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Kamu semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, kamu semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku , pasti Aku mengampuni kamu. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan dapat membinasakan Aku dan kamu tak akan dapat memberikan manfaat kepada Aku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir diantaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa diantaramu, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun, jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kamu, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga. Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini memintakepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatanmu. Aku catat semuanya untukmu, kemudian Kami membalasnya. Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri”.Hadis riwayat Muslim, no. 2577.

Hari ini ada satu tulisan tentang hidayah yang saya baca yang menyebabkan saya teringat pada hadis Qudsi di atas dari rakaman kelas Syarah Kitab Fadlul Islam. Terjemahan tersebut saya ambil dari blog baiturrahmah. Berikut secara ringkas faedah yang kita boleh dapat dari hadis tersebut diambil dari laman islamweb.net :

  1. Hadis menunjukkan pengharaman sikap zalim sesama hamba [manusia] dan ia adalah antara objektif utama syariat Allah.
  2. Hadis tersebut juga menekankan tentang pentingnya doa; pentingnya memohon hidayah [petunjuk] hanya dari Allah; permintaan hamba dibolehkan samada untuk keperluan dan kepentingan dunianya atau agamanya [akhirat]; dan doa adalah ibadah.
  3. Ianya juga menerangkan penolakan beberapa sifat yang tidak layak bagi Allah; menerangkan kesabitan beberapa sifat kesempurnaan Allah subhanhu wa ta'ala; menerangkan sifat kayanya Allah dari makhluknya dan ketaatan makhluk tidak memberi apa-apa manfaat padaNya, begitu juga kemaksiatan makhluk tidak memberi apa-apa mudarat padaNya.
  4. Selain itu, terdapat juga peringatan supaya bermuhasabah diri, memeriksa amalan dan agar menyesali akan dosa-dosa.
Baca penjelasan lanjut tentang hadis di sini.



Isnin, 20 April 2009

First (religious) obligation on worshippers


Q1 : What is the First (religious) obligation on worshippers ?

A : The first religious obligation on worshippers is to realize the purpose for which Allah the Almighty created them; and for which He took their convenant and sent them His Messangers and Books; and for which he created this present life, the Hereafter, Paradise and Hell-Fire; and for which the Inevitable would come true; and the Event would befall; and for which the balance is set and the Records fly; and for which there would be either happiness or misery; and according to which the lights would be devided, for any to whom Allah gives not light, the will be no light him!

Source: 200 FAQ ON MUSLIM BELIEF
Copied and pasted from: http://indrafebriansyah.blogspot.com/2008/09/200faq.html



Rabu, 15 April 2009

pdf Search Engine.com




Baru sekejap tadi ada seorang kawan bertanyakan, "mana nak cari e-book di internet". Katanya dia perlukannya untuk mencari bahan rujukan tambahan di jabatannya. Saya katakan padanya, cuba try "pdf search engine". Jadi di sini saya ingin kongsikan dengan antum maklumat ini. Saya jarang menggunakan enjin carian ini sebab ia tidak memuaskan untuk mencari kitab-kitab arab. Jika antum perlu mencari buku berformat pdf berbahasa Inggeris atau Melayu, cubalah enjin carian ini.



klik imej di atas untuk mencuba


Isnin, 13 April 2009

Doa di dalam Solat : Mohon Petunjuk ke Jalan yang Lurus


اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Hidayahkanlah(tunjukilah) kami Jalan Yang Lurus




Ahad, 12 April 2009

Pick of the week : Is there a Sunnah prayer before and after Jumu’ah




Is there a Sunnah prayer before and after Jumu’ah?

When I go to the mosque on Friday the athaan is pronounced, then everyone prays 2 or 4 rakaat.Then the athan is again pronounced and immediately after it iqamah .Having prayed 2 Jum'ah rakaat people pray again 2 or 4 rakaat.Besides,the imaam when supplicating raises hands then wipes his face and everyone follows him .
Is it bid'ah? If so,what should I do(just look at others?)

Praise be to Allaah.

The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) used to come out of his house on the day of Jumu’ah (Friday) and climb up on his minbar. Then the muezzin would give the Adhaan, and when he finished, the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) would start his khutbah. If there were any Sunnah prayer to be done before Jumu’ah, he (peace and blessings of Allaah be upon him) would have told them about it and directed them to do it after the Adhaan, and he would have done it himself. At the time of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) there was nothing apart from the Adhaan just before the khutbah.

Hence the majority of the imaams agreed that there is no sunnah to be done at a specific time before Jumu’ah with a specific number of rak’ahs, because that would have been reported from the words or actions of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him), and nothing of that nature has been reported from him. This is the madhhab of Maalik, al-Shaafa’i and most of his companions, and is the well known view in the madhhab of Ahmad.

Al-‘Iraaqi said:

“I have not seen anything to indicate that the three imaams recommended praying Sunnah before it [Jumu’ah].”

The muhaddith al-Albaani commented:

For that reason this so-called Sunnah is not mentioned in Kitaab al-Umm by Imaam al-Shaafa’i, or in al-Masaa’il by Imaam Ahmad, or by any of the other early imaams, as far as I know.

Hence I say:

Those who pray this Sunnah are not following the Messenger or imitating any of the imaams; on the contrary, they are imitating the later scholars who are like them in that they are also imitators [of earlier scholars] rather than mujtahideen [scholars who investigate and form their own rulings]. I am amazed to see an imitator imitating another imitator.

(See al-Qawl al-Mubeen, 60, 374).

Moreover, between the first call of Jumu’ah prayer and the second call, there should be sufficient time for people to get ready to pray, not just the time it takes to pray two rak’ahs or thereabouts, as is done in some countries and some mosques.

With regard to making du’aa’ together in one voice behind the imaam after the prayer, Shaykh Ibn ‘Uthaymeen answered this question in al-Fataawaa, p. 368, where he said:

“This is one of the bid’ahs which was not reported from the Prophet or from his companions. What is prescribed in Islam is for people to remember Allaah Alone after the prayer, in accordance with the teachings of the Messenger of Allaah, and this should be done aloud, as reported in Saheeh al-Bukhaari from Ibn ‘Abbaas (may Allaah be pleased with them both), who said: “People used to raise their voices in Dhikr [remembrance of Allaah] after finishing the prescribed prayer at the time of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him).”

With regard to the prayer after Jumu’ah, Ibn al-Qayyim said in al-Zaad (1/440):

When the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) had prayed Jumu’ah, he would enter his house and pray two Rak’ahs of Sunnah, and he commanded those who had prayed it to pray four rak’ahs afterwards. Our shaykh, Abu’l-‘Abbaas Ibn Taymiyah said: if he prayed in the mosque, he would pray four, and if he prayed at home, he would pray two. I say: this is what is indicated by many ahaadeeth. Abu Dawood reported in his Sunan (1130) from Ibn ‘Umar that when he prayed in the mosque, he prayed four and when he prayed at home, he prayed two.

With regard to wiping the face after making du’aa’, this is not reported in any saheeh hadeeth; indeed, some of the scholars stated that it is bid’ah. See Mu’jam al-Bida’ (p. 227).

Do not do that which is bid’ah and do not take part in it; advise and enjoin people to follow the Sunnah; remind them and tell them about the Islamic ruling. We ask Allaah to guide us all to the Straight Path; may Allaah bless our Prophet Muhammad.

Islam Q&A
Sheikh Muhammed Salih Al-Munajjid